Mencari Alternatif Pendekatan Pendidikan Islam Melalui Sumber Hadits
Pendahuluan
Pendidikan Islam harus membentuk
watak Islam, yaitu watak yang dibangun atas`dasar doktrin Islam yang
bersumber dari al Qur^an dan hadits Rasulullah. Terkait dengan itu, maka
persoalan mendasatr yang harus dijawab adalah bagaimana mengajarkan al
Qur^an dan hadits itu agar berhasil dipahami. Al Qur^an adalah kitab
suci yang diterima dari Allah oleh Rasul Muhammad saw. Sedangkan hadits
nabi merupakan contoh kehidupan ideal sebagaina yang telah dijalankan
oleh Rasulullah.
Pada saat ini
pengajaran berupa kitab yang sempurna itu, ternyata tidak mudah. Apalagi
pengajaran yang diberikan kepada bangsa yang tidak menggunakan
komunikasi dengan Bahasa Arab. Beberapa pertanyaan muncul, misalnya
dimulai dari mana spengajaran itu, pentahapannya seperti apa, memerlukan
waktu berapa lama? Kesulitan juga bertambah tatkala para pembelajar
tidak menguasai bahasa kitab itu (Arab). Dapatkah seseorang yang tidak
menguasai Bahasa Arab memahami al Qur^an dan hadits secara mendalam?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini selalu muncul tatkala membicarakan
tentang pengajaran kitab suci ini.
Sebuah Alternatif Pembelajaran Islam
Coba perhatikan hadits-hadits berikut :
قد تركت فيكم ما إن إعتصيتم به فلن تضلوا أبدا: كتاب الله، وسنة نبيه.
Artinya:
“Aku (Nabi Muhammad) telah meninggalkan dua hal untuk kalian, apabila
kalian berpegang teguh dengan keduanya niscaya kalian tidak akan
tersesat: Kitab Allah (al-Quran) dan Sunnah Nabi-Nya”.( Dr. Yusuf
Qardlawi, Al-Marja’iyyah al-‘Ulya fi al-Islam li al-Quran wa al-Sunnah,
(Beirut: Muassah al-Risalah, 1996), hlm 65-66.)
كُنْ عَلِمًا أَوْمُتَعَلِمًا أوْمُسْتَمِعًا أوْمُحِبًّا وَلاَتَكُنْ خَامِسًا فَتَهَّلُكَ ( روه البيهقى )
Artinya : "Jadilah
kamu orang yang alim ( pandai dan mau mengajar ), atau orang yang
belajar, - atau orang yang mendengarkan, atau orang yang senang pada
ilmu ( majlis ilmu ). Dan janganlah kamu menjadi orang yang nomor lima (
tidak alim, tidak muta'alim, tidak mustami'an dan tidak muhibban ),
maka kamu akan rusak".( H.R. Baihaqi ).
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ ( روه ان ماجه )
Artinya : "Menuntut ilmu itu ( hukumnya ) wajib bagi setiap orang Islam laki-laki dan orang Islam perempuan". ( H.R. Ibn Majah ).
مَنْ اَرَادَالدُّ نْيَا فَعَلَيْهِ بِِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَالْآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَهُمَا
فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ ( روه البخارى )
Artinya : "Barang
siapa ingin ( mendapatkan kebahagiaan ) dunia maka ia harus berilmu,
barang siapa ingin ( mendapatkan kebahagiaan ) akhirat maka ia harus
berilmu, dan barang siapa ingin keduanya ( mendapatkan kebahagiaan
dunia-akhirat ) maka ia harus berilmu". ( H.R. Bukhari ).
Al
Qur’an adalah kitab suci yang sempurna. Ia memiliki lebih luas dibanding
kitab-kitab atau apalagi sekedar buku yang dikarang oleh manusia.
Kelebihan itu di antaranya memiliki kepastian kebenaran, kandungan nilai
sastra yang amat tinggi, berisi seluruh aspek kehidupan, memiliki
relevansi terhadap kehidupan sepanjang masa dan oleh karena itu bersifat
universal.
Sekalipun al Qur^an berisi ribuan ayat, tetapi dapat
dikelompokkan menjadi beberapa pokok persoalan. Bahkan, al Qur^an
memiliki satu surat, yaitu al fatekhah, yang disebut sebagai induk al
Qur^an. Surat ini hanya berisi 7 ayat, tetapi diyakini telah merangkum
seluruh isi al Qur^an. Surat al fatekhah berisi (1) sifat Allah yang
Maha Pengasih dan Penyayang, (2) Pemilik puji-pujian, (3) Penguasa jagad
raya, (4) menunjukkan bahwa dalam kehidupan ini akan datang hari akhir
dan Allah sendiri-lah sebagai penguasanya, (5) tuntunan bahwa hanya
kepada Allah lah semua makhluk beribadah dan meminta pertolongan, (6)
perintah agar selalu meminnta petunjuk kepada Allah dalam kehidupan ini,
(7) dalam kehidupan ini dapat dibedakan dua jalan, yaitu jalan lurus
yang penuh nikmat dan jalan yang sesat, dan (8) kedua jenis jalan itu
dalam sejarah dilewati oleh umat manusia.
Jika ketujuh ayat ini
sebagai induk atau merangkum seluruh isi al Qur^an, maka bukankah posisi
itu akan tepat dijadikan sebagai pintu masuk untuk memahami al Qur^an.
Belajar al Qur^an dan hadits dapat dilakukan atau ditempuh secara
bersamaan dimulai dari al fatehah tersebut.
Rincian bagian demi
bagian muatan al Qur^an dicari penjelasannya dari ayat-ayat yang lain
dan demikian pula lebih rinci aktualisasinya ditelusuri lewat hadits
nabi. Sudah barang tentu dengan pendekatan seperti ini secara simultan
dikaji berbagai aspek, sebagaimana yang berjalan selama ini, yaitu aspek
aqidah, hukum (fiqh), akhlaq, tafsir, hadits, tarekh, dan bahkan juga
ilmu pengetahuan yang dapat digali dari al Qur^an itu sendiri.
Jika
terdapat penjejangan pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga
pendidikan tinggi maka strategi pembelajaran pada masing-masing jenjang
itu keluasan dan kedalamannya disesuaikan dengan tingkat usia siswa yang
bersangkutan. Akan tetapi diusahakan untuk dapat merangkum isi dari
pada al Qur^an itu sendiri. Selain itu, masing-masing tingkat juga
menggunakan pendekatan yang befrbeda, misalnya untuk tingkat dasar
ditempuh dengan cara doktriner yang hal itu akan dibedakan untuk
pembelajaran tingkat pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi
yang seharusnya lebih menggunakan piranti akal atau rasional.
Sebagai
contoh pendidikan tingkat dasar, dimulai dengan pengenalan sifat-sifat
Allah, yang harus diketahui adalah arrahman dan arrahiem. Sudah barang
tentu dalam al Qur^an terdapat sifat-sifat lain. Proses pendidikan tidak
harus para siswa menghafal tanpa makna yang mendalam. Pemaknaan itu
secara sederhana dapat dihayati oleh anak-anak dalam kehidupan mereka
sendiri. Leat proses ini, setidak-tidaknya, dikenali dan bahkan dapat
masuk ke sanubari anak-anak sifat terpuji yang harus dikembangkan dalam
berbagai kehidupan nyata.
Pengajaran dengan bahan seperti itu,
akan diperluas dengan berbagai disiplin lmu lainnya dan bahkan dengan
ilmu-ilmu social yang telah mereka kenali. Misalnya, pertanyaan apa yang
akan terjadi jika sifat Allah yang agung itu sedikitpun tidak dijadikan
dasar dalam berperilaku umat manusia. Maka, yang terjadi adalah perang,
berebut harta benda, kekuasaan, saling merusak, dan lebih jahat dari
pada kehidupan binatang sekalipun. Kajian seperti ini dapat digunakan
untuk memahami fenomena social yang lebih luas dan dalam, katimbang
hanya sekedar pengenalan dan bahkan menghafal tanpa diperoleh makna yang
sesungguhnya dari apa yang dipelajari secara formal.
Manusia
sebagai makhluk sosial, tidak akan pernah lepas dalam berhubungan
dengan manusia lainnya. Manusia akan menjadi manusia, karena berhubungan
dengan manusia. Meskipun keberadaan alam dan lingkungan sekitarnya
sangat penting, namun perannya hanya sebagai pelengkap dalam proses
kehidupan ini. Maka keberadaan satu sama lainnya merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan.
Untuk berhubungan dengan
sesamanya, tentu saja membutuhkan suatu sarana agar persepsi diantara
keduanya dapat diterima. Sarana tersebut adalah melalui Komunikasi.
Komunikasi berasal dari kata latin communis yang berarti “sama” communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama”.
Definisi komunikasi yang mudah dan gampang di ungkapkan menurut Harold Lasswell, yakni who says what in which chanel to whom with what effect
atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan
pengaruh bagaimana.[1] Komunikasi merupakan proses interaksi sosial yang
digunakan orang untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka
mengenai dunia dan untuk bertukar citra itu melalui simbol-simbol.[2]
Seperti
kita ketahui, adanya suatu bentuk pasti terdapat elemen-lemen yang
menjadikan sesuatu itu ada. Demikian juga halnya dengan komunikasi.
Komponen tersebut yakni, pertama Sumber (source) sering juga disebut pengirim (sender), penyaji (weoder), komunikator (communicator), pembicara (speacker),
atau originator, yakni pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan
untuk berkomunikasi, baik secara individu, kelompok, organisasi,
perusahaan atau bahkan negara.
Kedua, adalah pesan, yaitu merupakan simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan dan lain-lain. Ketiga, adalah saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima. Ke-empat, penerima (receiver) sering juga disebut sasaran atau tujuan (destination), penyandi balik (decoder), komunikate (communicate) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter) yakni orang yang menerima pesan. Kelima,
efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan
tersebut, misalnya pemahaman, perubahan, perubahan keyakinan, perubahan
prilaku dan sebagainya.[3]
Adapun tujuan diadakannya komunikasi, menurut Gordon I Ziemmerman dibagi menjadi 2 kategori besar. pertama, kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kehidupan kita. Kedua,
kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Jadi komunkasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran
informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi
hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana
hubungan kita dengan orang lain.[4]
Sedangkan fungsinya,
menurut Rudolph F Verderber ada 2, yakni fungsi sosial, yakni untuk
tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun
dan memelihara hubungan. Dan fungsi pengambilan keputusan, yakni
memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada suatu saat
tertentu. Seperti, apa yang akan kita makan pagi ini, apakah kita akan
kuliah atau tidak, bagaimana belajar untuk menghadapi ujian dan lain
sebagainya.[5]
Di dalam suatu sistem informasi dan
komunikasi, sifat komunikasi terdapat sistem tertutup dan terbuka.
Artinya, dari situ kita dapat mengetahui apakah sistem tersebut tidak
menerima input dari luar atau dapat menerima input dari luar. Dengan
demikian proses interaksinya tidak hanya terjadi di antara komponen dan
atribut yang berada di dalam suatu kapsul, tetapi juga dengan
lingkungannya. Oleh karena itu, proses balikannya dapat menghasilkan
perubahan yang tidak mutlak bersifat normative, tetapi bersifat lentur
dan terbuka untuk perkembangan dan pembaruan (deskriptif).[6]
Semua
proses komunikasi ini, terjadi dalam suatu konteks atau keterpaduan
tertentu. Paling sedikit proses ini akan mencakup dimensi-dimensi
kejiwaan (perilaku para pelaku), sosial atau komunitas, fisik, serta
waktu. Artinya proses komunikasi tersebut akan sangat dipengaruhi oleh
sikap dan motivasi komunikasi sebagai sumber, daya tangkap, sikap
komunitas sebagai interlocutor (kawan bicara) kecukupan sarana, serta
kesempatan waktu.[7]
Komunikator Dalam Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Islam.
Dalam
masyarakat informasi, definisi manajer yang benar adalah bukannya
mereka yang mampu memberikan pencapaian produksi yang banyak, efektif
dan efisien, tetapi adalah mereka yang mampu memberikan tanggung jawab
pada penampilan nilai-nilai kemanusiaan dan penampilan keilmuwan yang
tinggi sekaligus. Dengan demikian, knowledge tidak semata-mata menjadi
alat ketiga, tetapi telah berubah menjadi sistem kerja dalam tata
kehidupan bersama. Dan sejak itu pula, modal kerja telah bertambah
menjadi “sumberdaya alam”, “sumberdaya manusia”, dan kini bertambah satu
lagi yakni “sumberdaya Ilmu”.[8]
Dalam dunia Pendidikan,
yang menjadi komunikator adalah seluruh komponen yang ada di dalam
lembaga tersebut. Mulai dari Kepala Sekolah, Dewan Guru, Staf karyawan,
Murid, sarana prasarana, kurikulum, dan lain sebagainya. Oleh karena itu
tanggung jawab seorang manajer terletak pada masing-masing komponen
tersebut, artinya masing-masing komponen bertanggung jawab atas
kapasitasnya.
Pada setiap penelitian khusus mengenai
pekerjaan-pekerjaan perusahaan/lembaga –lembaga pendidikan khususnya-
umumnya dilakukan oleh subsistem penelitian Sumberdaya manusia.
Penelitian ini mengungkapkan tugas-tugas pekerjaan yang harus
dilaksanakan, pengesahan dan keahlian yang diperlukan, dan tingkat
kompensasi yang sesuai. Maka Sumberdaya manusia harus mengetahui
perkembangan yang terjadi yang terakhir dari berbagai pengaruh
lingkungan yang mempengaruhi arus personil, karena semua ini merupakan
tanggung jawab subsistem Intelijen Sumberdaya Manusia.[9]
Adapun tantangan terhadap pembangunan Sistem Informasi ini, sebagaimana terdapat dalam GIS (Global Information System) yakni:
1. Tantangan Teknologi
Kadang-kadang
sebuah lembaga dipaksa menggunakan perangkat berat, perangkat lunak dan
fasilitas komunikasi tertentu, karena keterbatasan pemerintah.
Keterbatasan ini menyulitkan tercapainya standar perangkat keras dan
perangkat lunak secara global dan menambah waktu dan usaha yang
diperlukan untuk menerapkan sistem itu.
2. Tantangan Budaya
Yang
lebih sulit adalah tugas menerapkan teknologi komputer dalam berbagai
budaya yang berbeda. Budaya mempengaruhi kinerja spesialis informasi dan
kebutuhan informasi pemakai.[10]
Dalam bidang pendidikan,
manajemen pendidikan adalah aplikasi prinsip, konsep dan teori
manajemen dalam aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien. Untuk menjalankan organisasi pendidikan,
diperlukan manajemen pendidikan yang efektif. Sekolah harus dikelola
dengan manajemen efektif yang mengembangkan potensi peserta didik
sehingga memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang
mengakar pada karakter bangsa. Dengan kata lain, salah satu strategi
yang menentukan mutu pengembangan SDM di sekolah untuk kepentingan
bangsa dimasa depan adalah peningkatan kontribusi manajemen pendidikan
yang berorientasi mutu (quality oriented).[11]
Dalam
realitasnya, tantangan krusial yang dihadapi oleh manajer atau
pengelola lembaga pendidikan, dewasa ini, yakni bagaimana upaya
mengelola sekolah, akademi dan universitas agar dapat berkembang dan
berkualitas. Kerja keras tersebut tidak akan berjalan dengan baik tanpa
adanya proses saling mendukung antara peserta didik, yakni guru, siswa,
sarana prasarana kurikulum dan lainsebagainya.
Institusi
pendidikan perlu dikelola untuk mencapai hasil yang optimal. Disini
hasil optimal itu ditandai mutu kelulusan yang andal dan sesuai dengan
harapan masyrakat. Hal ini penting dan strategis sekali karena peranan
pendidikan terkait dengan masa depan suatu bangsa.[12] Karena
keberhasilan dalam pendidikan sangat menentukan kemajuan suatu bangsa.
Manajemen
mutu dalam pendidikan dapat saja disebutkan “mengutamakan pelajar” atau
“problem perbaikan sekolah”, yang mungkin dilakukan secara lebih
kreatif dan konstruktif. Penekanan paling penting bahwa mutu terpadu
dalam programnya dapat mengubah kultur sekolah. para pelajar dan orang
tuanya menjadi tertarik terhadap perubahan yang ditimbulkan manajemen
mutu terpadu melalui berbagai program perbaikan mutu.
Adapun, aplikasi TQM (Total Quality Manajemen) dalam satuan pendidikan dapat pula disebut Total Quality School (TQS) sebagaimana Acaro (1995) mengemukakan 5 pilarnya yaitu :
1. Fokus kepada pelanggan, baik internal maupun eksternal
2. Adanya keterlibatan total
3. Adanya ukuran baku mutu kelulusan sekolah
4. Adanya komitmen, dan
5. Adanya perbaikan yang berkelanjutan.[13]
Semua
itu akan berjalan dengan baik apabila mendapat dukungan dari semua
pihak yang terkait dalam dunia pendidikan, yakni peserta didik,
masyarakat dan pemerintah.
Massage (pesan) yang efektif
Seluruh
kegiatan yang ada dalam satuan lembaga pendidikan adalah pesan. Secara
spesifik pesan tersebut dapat terlihat melalui publikasi baik secara
lisan maupun tertulis. Sarana yang digunakanpun bermacam-macam, sesuai
dengan keinginan maupun kemampuan finansial lembaga tersebut.
Pesan
yang disebarkan melalui media masa ini bersifat umum (public), karena
ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak
ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok tertentu.[14]
Isi
pesan dalam Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Islam adalah segala
yang ada di dalam lembaga pendidikan. Semua aspek yang terdapat dalam
lembaga tersebut terdapat komponen-komponen yang dianggap menjadi pesan
efektif yakni:
1. Kompoenen Teknologi Pendidikan meliputi:
·
Asumsi-asumsi kebutuhan serta rumusan tujuan pendidikan dan pengajaran
yang dirancang untuk keperluan proses belajar mengajar.
· Memahami pengalaman belajar subjek didik dan pemilihan cara-cara pengajaran.
· Tenaga kependidikan, bahan dan alat pendidikan serta fasilitas phisik yang diperlukan.
· Sumber belajar yang diperlukan untuk pengalaman belajar subjek didik.
· Hasil belajar yang diharapkan, evaluasi dan pengembangan.
2. Komponen Fasilitas dan sumber belajar Teknologi Pendidikan, meliputi:
· Terjadi objek nyata yang akan disajikan selama proses belajar mengajar berjalan.
· Pemanfaatan semua fasilitas dan sumber belajar akan disesuaikan dengan setiap perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
·
Mutu pendidikan tidaksekedar tersedianya semua sarana media akan tetapi
lebih banyak tergantung kepada kemampuan pendidik dan sekolah dan
sekolah dalam menggunakannya, memilih dengan cermat dan tetap sesuai
dengan metoda yang diterapkan.
3. Citra Pendidikan Berorientasi Mutu Hasil meliputi:
· Memiliki kelengkapan fasilitas dan sumber belajar diperhatikan dari kondisi bangunan pusat-pusat pendidikan.
· Mengikuti trend perkembangan bahan dan alat belajar mengajar dengan teknologi pendidikan.
· Memiliki kelengkapan sarana sumber belajar di luar sekolah.
·
Memiliki kelengkapan pusat media dan sumber belajar (pada tingkat
perguruan tinggi) serta tenaga ahli teknologi pendidikan.
4. Profesionalisme Staf Ahli Teknologi Pendidikan, meliputi;
·
Profesional media, yakni semua tenaga ahli media, bertanggung jawab
atas perencanaan, pengembangan, pemanfaatan serta peningkatan mutu
fasilitas sumber belajar.
· Spesialis media, staf ahli yang bertanggung jawab pada pusat sumber belajar.
· Manajer program media bertugas dan bertanggung jawab pada pusat media dan sumber belajar di pemerintahan.
· Teknisi media, tenaga staf yang bertanggung jawab dan memiliki keterampilan oleh data elektronik.
· Administrator media, staf yang melayani admisi pusat-pusat media.
· Ahli evaluasi media.[15]
Media sebagai sarana Proses Transformasi Dalam P I
Sebuah
pesan tidak dapat diterima oleh audiens apabila tidak pernah
dikomunikasikan. Untuk mengkomunikasikan pesan tersebut sangat
dibutuhkan akan adanya media, baik elektronik maupun media cetak. Maka
peran media menjadi penentu, apakah pesan tersebut efektif atau
sebaliknya terjadi miskomunikasi.
Media ini dapat
diibaratkan seperti pedang bermata dua. Dia merupakan alat yang ampuh
dalam memberikan manfaat yang semaksimal mungkin kepada masyarakat
sesuai dengan ketepatan dan besarnya pengarahan. Media yang sehat dapat
memainkan peranan penting dalam membina generasi dan mendorongnya
menaiki jenjang kemajuan.[16] Demikian juga sebaliknya, media dapat
merusak generasi muda yang sedang gencar-gencarnya mencari jati diri.
Untuk
menyiasati media massa, kita harus mengenal seluk beluk
Jurnalistik.[17] Dunia jurnalistik sangat erat kaitannya dengan istilah
pers dan komunikasi massa. Jurnalistik merupakan salah satu bentuk
spesialisasi dari komunikasi massa, yakni komunikasi yang dilakukan
melalui media massa. Media massa yang kita kenal saat ini adalah; a)
media cetak, terdiri dari surat kabar, tabloid, majalah, b) media
elektronik, terdiri dari radio, televisi[18].
Komunikasi
bermedia komputer, internet, dapat memperlancar penanggulangan
hambatan-hambatan karena terbatasnya ruang dan waktu. Jadi lokasi secara
fisik sudah tidak relevan lagi. Dengan teknologi baru bermedia komputer
ini, setiap orang ataupun pegawai dapat berhubungan dengan siapapun,
dan dimanapun dalam organisasinya.
Sudah bukan masalah
lagi apakah mereka dalam satu gedung atau mereka dipisahkan oleh jarak
geografis. Karena pesan-pesan komunikasi bermedia komputer dapat
menerobos hirarki tradisional dan hambatan-hambatan departemennya dengan
mudah, batas-batas organisasi dapat hilang karena hubungan yang melekat
dengan proses komunikasi organisasi, komunikasi bermedia komputer dapat
menentukan norma-norma, prilaku, dan keputusan organisasi. Jadi
implikasi sistem komunikasi bermedia komputer harus menjadi perhatian
pokok semua orang.[19]
Setiap media komunikasi mempunyai
Gramatika[20]. Setiap gramatika media dibiaskan untuk kepentingan indera
tertentu, bukan untuk kepentingan waktu/ruang, karena orang-orang
menggunakan media tertentu, mereka secara berlebihan mengandalkan indera
yang berkaitan dengan media tersebut. Maka sampai tahap ini, media
merupakan perpanjangan dari indera manusia, berbicara sebagai
perpanjangan indera untuk suara, cetakan merupakan perpanjangan dari
indera untuk penglihatan, dan media elektronik tertentu, terutama
televisi adalah perpanjangan indera peraba (perasaan, sentuhan, sistem
syaraf).[21]
Dalam bentuk yang sederhana, lembaga
pendidikan juga dapat menggunakan brosur-brosur, pamflet, majalah,
kostum, sticker, serta berbagai souvenir (cinderamata) yang didesain
dengan mencantumkan nama lembaga tersebut. Selain itu dapat juga dengan
mempublikasikan bentuk-bentuk kegiatan sosial seperti Seminar,
event-event turnamen, bahkti sosial maupun kegiatan-kegiatan lainnya.
Dengan
sosialisasi yang demikian, secara otomatis khalayak dapat menangkap
pesan yang disampaikan melalui pemberitaan. Karena berita adalah
informasi yang lebih atau kurang penting dibutuhkan orang dalam
melakukan penyesuaian terhadap keadaan yang berubah, berita dicari,
bahkan dengan pengorbanan besar, karena diperlukan untuk memperoleh
posisi dalam dunia yang berubah dengan cepat.[22]
Khalayak/ stakeholder yang dituju.
Khalayak
atau masyarakat adalah bagian dari proses komunikasi yang tidak kalah
penting, sekaligus menjadi Komunikannya (orang yang menerima pesan).
Tanpa ada khalayak informasi akan menjadi sia-sia. Oleh karena itu peran
khalayak sangat dibutuhkan sebagai tempat mensosialisasikan
program-program dalam lembaga pendidikan. Khalayak juga sekaligus
menjadi pelanggan.
Menurut Soerjono Soekanto, khalayak dapat dibedakan menjadi, rural community dan urban community. Istilah Rural community
diterjemahkan sebagai “masyrakat setempat”. Istilah ini menunjuk kepada
sebuah warga desa, suku atau bangsa. Cirinya apabila anggota-anggota
suatu kelompok, baik kelompok itu besar maupun kecil, hidup bersama
sedemikian rupa sehingga merasakan makna yang utama, maka kelompok tadi
disebut masyakarat setempat.[23] Adapun yang dimaksud urban community adalah
masyarakat perkotaan, yakni masyarakat yang tidak tertentu jumlah
penduduknya. Tekanan pengertian “kota”, terletak pada sifat serta ciri
kehidupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.[24]
Khalayak
atau komunikan merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat
dalam proses komunikasi sebagai sasaran yang dituju oleh komunkator yang
bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencar-pencar, dimana
satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontrak
pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal, jenis kelamin, usia,
agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan,
pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan lain sebagainya.[25]
Adapun
ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan
anggota masyarakat kedalam suatu lapisan serta seberapa besar
pengaruhnya adalah sbb:
1. Ukuran kekayaan. Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas.
2. Ukuran Kekuasaan. Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau mempunyai wewenang terbesar, menenpati lapisan teratas.
3. Ukuran kehormatan. Orang yang paling disegani dan dihormati mendapat tempat yang teratas
4.
Ukuran Ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh
masyarakat yang mengharagai ilmu pengetahuan.[26]
Perkembangan
masyarakat mempunyai tujuan untuk terjadinya; a) peningkatan
kesejahteraan hidup dan kualitas kehidupan masyarakat, b) pelestarian
dan peningkatan kualitas lingkungan, dan c) terjabarnya kebijaksanaan
dan program pembangunan nasional untuk masyarakat pedesaan, dengan
menitik beratkan pada prakarsa masyarakat itu sendiri. Singkatnya,
pembangunan masyarakat merupakan upaya wajar yang didasarkan atas
kebutuhan individual, masyarakat, dan pemerintah serta potensi-potensi
yang tersedia atau dapat disediakan untuk mewujudkan kemajuan masyarakat
dalam berbagai aspek kehidupan.[27]
Sedangkan masyarakat informasi ditandai oleh : pertama, kebutuhan terhadap sumberdaya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi. Kedua, lapangan kerja yang dominant di bidang informasi. Ketiga, teknologi dasar yaitu elektronika dan computer. Ke-empat, lembaga pemicu kemajuan adalah universitas riset, dan Kelima adalah media komunikasi menggunakan media interkatif.[28]
Feed Back (umpan balik) yang diharapkan.
Feed
back (umpan balik) merupakan akhir dari sebuah proses komunikasi.
Komunikasi yang baik, akan menghasilkan umpan balik yang baik juga.
Umpan balik ini diberikan oleh komunikan atau khalayak kepada
komunikator. Umpan balik juga terwujud dalam bentuk yang berbeda-beda
misalnya menerima, menerima dengan syarat, ataupun menolak.
Semua jenis umpan balik tersebut tertuang dalam bentuk Opini Publik (social judgement).
Opini public adalah kumpulan pendapat orang mengenai hal ihwal yang
mempengaruhi atau menarik minat komunitas, cara singkat untuk melukiskan
kepercayaan atau keyakinan yang berlaku di masyarakat tertentu[29]
artinya pendapat atau pandangan tentang sesuatu. Karena itu, opini
bersifat subjektif karena pandangan atau penilaian seseorang dengan
selalu berbeda. Jadi, kendati faktanya sama, namun ketika orang
beropini, antara orang yang satu dengan yang lainnya memperlihatkan
adanya perbedaan.[30]
Opini dapat dinyatakan secara aktif
maupun pasif. Opini dapat dinyatakan secara verbal, terbuka dengan
kata-kata yang dapat ditafsirkan secara jelas ataupun melalui
pikiran-pikiran kata yang sangat halus (dalam Koran misalnya) dan tidak
langsung dapat diartikan.
Disinilah tantangan terberat
yang harus dihadapi oleh manajemen informasi pendidikan Islam. Sebaik
apapun publikasi yang dilakukan, apabila sudah ditangkap oleh khalayak
akan menjadi multi-interpretasi. Tentunya persiapan mental lebih utama
daripada perangkat keras lainnya.
Proses opini tersebut melalui tiga tahap: pertama,
konstruksi personal, yakni tahap dimana individu mengamati segala
sesuatu, menginterpretasikannya dan menyusun makna objektif secara
sendiri-sendiri dan subjektif. kedua, konstruksi sosial, yakni
tahap menyatakan opini melalui pemberian dan penerimaan opini pribadi
dalam kelompok, mengungkapkan pandangannya bukan melalui kelompok,
melainkan melalui kebebasan pribadi, dan menggungkapkan pandangan
berdasarkan organisasi. Ketiga, konstruksi politik, yakni tahap yang menghubungkan opini publik dengan kegiatan publik.
Sistem
pengendalian umpan balik merupakan proses mengukur keluaran dari sistem
yang dibandingkan dengan suatu standar tertentu. Terdapat empat
komponen dalam sistem umpan balik ini. Yakni pertama, suatu karakteristik atau kondisi yang dikendalikan. Kedua, suatu sensor yang mengukur karakteristik atau kondisi tersebut. Ketiga, suatu unit pengendali yang membandingkan hasil ukuran sensor dengan suatu standar. Ke-empat, suatu pengatur yang menghasilkan masukan proses selanjutnya.
Selain sistem pengendalian umpan balik, terdapat sistem pengendalian umpan maju, disebut juga dengan positif feedback.
Yakni karakter kerja sistem yang mendorong proses dari sistem supaya
menghasilkan hasil balik yang positif. Contoh penerapan dari sistem
pengendalian maju pada Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Islam
adalah perencanaan atas pengembangan kurikulum. Kompetensi atas suatu
mata ajar dapat dideteksi secara lebih dini sedari awal.[31]
Oleh
karena itu, apapun alasannya, pendidikan yang baik harus mampu memberi
sumbangan pada semua bidang pertumbuhan individu, baik jasmani maupun
segi struktural dan fungsional. Pendidikan yang baik juga membantu
menumbuhkan kesediaan, bakat-bakat, keterampilan, dan kekuatan
jasmaninya, begitu juga memperoleh pengetahuan. dalam bidang pertumbuhan
akal (intellectual) pendidikan harus dapat menolong individu
untuk meningkatkan, mengembangkan, dan menumbuhkan kesediaan bakat,
minat dan kemampuan akalnya dan memberinya pengetahuan dan keterampilan
akal yang perlu dalam kehidupannya[32] anak didik.
Penutup
Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan perlu strategi
komprehensip terlebih dahulu. Terdapat langkah-langkah yang harus
ditempuh agar tidak terjadi pemborosan dan hanya untuk pemenuhan
kebutuhan perangkat keras saja.[33]
Perkembangan teknologi
komunikasi juga akan mempercepat terwujudnya rasa persatuan dari etnik
dengan kebudayaanya yang khas. Melalui teknologi informasi akan dapat
dikembangkan masyarakat telematika. Yakni masyarakat yang tidak mengenal
batas geografi. Melalui jalan informasi (information super highway)
maka akan dapat dijalin buka saja solidaritas suatu masyarakat
demokrasi hanya dapat terlaksana dengan baik di dalam otonomi
daerah.[34]
Mengenai hasil pendidikan yang banyak
dikatakan merosot, banyak sarjana menganggur misalnya, dan pendidikan
menjamur, sekedar untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
mengenyam pendidikan tinggi, menurut H. Mulyanto Sindhudarmoko, SE
(mantar rektor Usakti) disebabkan kemajuan teknologi dan kebudayaan
lebih cepat dari pendidikan itu sendiri. Ia berpendapat bahwa proses
pendidikan itu cenderung tertinggal dari proses perkembangan yang
terjadi di masyarakat, artinya kemajuan yang dicapai dibidang pendidikan
(out put-nya) selalu ketinggalan dengan apa yang diperlukan masyarakat.[35]
Ungkapan
tersebut sama halnya dengan kegelisahan Alvin Toffler sebagaimana
pengantarnya dalam Future Shock (kejutan masa depan) yakni: pertama,
bahwa kejutan masa depan bukan lagi merupakan bahaya potensial yang
masih jauh, tetapi suatu penyakit nyata yang di derita oleh semakin
banyak manusia. Kondisi psikologis-biologis ini dapat digambarkan dengan
terminologi medis dan psikiatris. Penyakit ini ialah penyakit
perubahan.
Kedua, sedikitnya orang yang tahu
tentang penyesuaian diri, baik mereka yang menginginkan dan yang
menciptakan perubahan besar dalam masyarakat kita, ataupun mereka yang
seharusnya mempersiapkan kita untuk menghadapinya yakni dengan sistem
“pendidikan demi masa depan”.[36]
Oleh karena itu,
informasi sudah tidak menjadi bagian pemenuhan kebutuhan dalam hal-hal
tertentu, melainkan sudah menjadi kebutuhan setiap hari bagi siapa saja.
Sebab gelombang ketiga[37] tidak hanya mempercepat arus informasi kita,
tetapi gelombang inipun mentransformasikan landasan struktur informasi
yang selama ini menentukan prilaku sehari-hari.[38] Jadi selama kita
tidak cepat merubah Sistem pendidikan sekaligus menginformasikan
perubahan tersebut, selama itu juga kita terus ketinggalan kereta.
Download artikel : disini
0 comments:
Posting Komentar